Senin, 02 Juni 2014

PLUMBING UNTUK AIR BERSIH DAN AIR LIMBAH DI DALAM BANGUNAN

                Tugas Perkuliahan Pengetahuan Lingkungan (UnPal 2014)

Pengelolaan Lingkungan
Irwansyah Putra




             

                                                          Ilustrasi Instalasi Plumbing


Sistem pemipaan (plumbing system) sebuah bangunan adalah jaringan kompleks dari pipa air, pipa saluran pembuangan, pipa ventilasidan banyak lagi. Karena sistem pemipaan sangat rumit dan merupakan salah satu sistem yang sangat mahal yang terpasang dalam sebuah gedung, maka sangat penting memahami bagaimana sistem pemipaan bekerja saatmerencanakan pembangunan proyek baru atau renovasi gedung skala besar.

Hal ini cukup sering memusingkan penghuni bila ada masalah dengan sistem pemipaan yang ada di sebuah rumah atau bangunan. Mungkin ada keran bocor atau kerusakan pipa dimana kontraktor pemipaan dapat memperbaiki hanya dalam beberapa menit. Pemilik bangunan rata-rata menghabiskan sekitar 15% investasi dari bangunan / rumahnya untuk pekerjaansistem pemipaan. Itu bukan jumlah yang besar ketika seseorang berpikir tentang bahaya kesehatan mungkin harus dihadapiakibat sistem pemipaan yang buruk. Dibutuhkan biaya untuk menjaga sistem pemipaan rumah / gedung dalam kondisi kinerja yang baik.

Biasanya sistem pemipaan di gedung meliputi dua tujuan dasar. Tujuan pertama adalah untuk menyediakan air bersih untuk semua jenis kebutuhan sehari-hari; wastafel, mesin cuci, mesin cuci piringtoilet, kamar mandi dan sebagainya. Tujuan kedua adalah untuk menghapus air tercemar (polluted water) secara efisien setelah mengumpulkannya dari berbagai saluran pembuangan tanpa mencampurnya dengan air bersih. Agar sistem pemipaan dapat bekerja secara efisien sangat diperlukan pemeriksaan tekanan air dan gravitasi secara teliti dan berkalaKomponen utama dari sistem pemipaan adalah katup penutup utama (main water shut off valve) meteran airfixture stop valves, keran drainase dan pemanas air.
Dua hal yang harus dipahami tentang dasar-dasar dari sistem pemipaan sebagai berikut:
1. Merancang suatu sistem yang bisa bekerja dengan baik dan lolouji peraturan standard pemipaan. Sebuah sistem yang dirancang dengan baik akan mengalirkan air ke berbagai kran dan semua peralatan yang memakai air secara efisien danmembawa keluar air limbah tanpa sumbatan / mampet.
2. Berpikir secara efisien untuk membuat perencanaan yang akurat dan memperhatikan detail tentang semua hal pentingsebagai berikut:
 menentukan diameter dalam pipa.
 merekomendasikan 
dimana katup penutup (shut off valves) akan ditempatkan,
• 
material apakah yang digunakan untuk pipa,
• apa tindakan pencegahan keselamatan yang harus diikuti,
 jenis pipa harus digunakan
 dan di mana akan digunakan,
 bagaimana pipa harus ditempatkan,
 kemiringan pipa dan sebagainya.
sehingga dapat mengurangi biaya keseluruhan secara signifikan dengan menempatkan lokasi kamar mandi, dapur, atauruang cuci berdekatan satu sama lain sehingga semuanya dapat berbagi pakai komponen dari sistem pemipaan terdekat. Ini akan menghemat biaya.




INSTALASI PLUMBING SISTEM PENYEDIAAN AIR KOTOR


Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:
• Sistem pembuangan air kotor.
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya ( black water ).
• Sistem pembuangan air bekas.
Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu
• Sistem pembuangan air hujan.
Sistem pembuangan air hujan harus merupakan system terpisah dari system pembuangan air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang terendah.
• Sistem air buangan khusus.
Sistem pembuangan air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat khusus.

Klasifikasi berdasarkan cara pengaliran :
• Sistem gravitasi.
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah
• Sistem bertekanan.
Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di kumpulkan terlebih dahulu dalam suatu bakpenampungan, kemudian di pompakan keluar ke roil umum. Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan pada bangunan yang mempunyai alat – alat plambing di basement pada bangunan tinggi / bertingkat banyak.

SKEMA UMUM SISTEM PEMBUANGAN GRAFITASI




EFEK SIFON DAN PERANAN PIPA VEN PADA SISTEM PEMBUANGAN


BAGIAN – BAGIAN SISTEM PEMBUANGAN
• Alat – alat plambing yang di gunakan untuk pembuangan seperti bathtub,wastafel, bak – bak cuci piring, cuci pakaian, kloset, urinal, bidet, dsb.
• Pipa – pipa pembuangan.
• Pipa ven.
• Perangkap dan penangkap ( interceptor ).
• Bak penampung dan tangki septic.
• Pompa pembuangan.
Pipa – pipa pembuangan
• Ukuran pipa ini harus sama atau lebih besar dengan ukuran lubang keluar perangkap alat plambing dan untuk mencegah efek sifon pada air yang ada dalam perangkap, jarak tegak dari ambang puncak perangkap sampai pipa mendatar di bawahnya tidak lebih dari 60 cm
Syarat – syarat perangkap
• Kedalaman air penyekat berkisar antara 50 – 100 mm.
• Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga tak terjadi pengendapan atau tertahannya kotoran dalam perangkap.
• Konstruksi perangkap harus sederhana sehingga mudah di pe rbaiki bila ada kerusakan dan dari bahan tak berkarat.
• Tidak ada bagian bergerak atau bersudut dalam perangkap yang dapat menghambat aliran air.
Jenis perangkap
Jenis perangkap dapat di kelompokkan menjadi :
a. Perangkap yang di pasang pada alat plambing dan pipa pembuangan.


 b. Perangkap yang menjadi satu dengan alat plambing.




Penangkap (interceptor)
• Persyaratan penangkap
– Penangkap yang sesuai harus dipasang sedekat mungkin dengan alat plambing yang di layaninya, dengan maksud agar pipa pembuangan yang mungkin mengalami gangguan sependek mungkin.
– Konstruksinya harus mudah dibersihkan, dilengkapi dengan tutup yang mudah dibuka dan letak dari penangkap dalam ruang sedemikian rupa sehingga sampah dari penangkap mudah dibuang keluar ruang.
– Konstruksi penangkap harus mampu secara efektif memisahkanmin
yak, lemak dan sebagainya dari air buangan.Konstruksi penangkap umumnya juga merupakan ‘perangkap’, karena itu bila telah dipasang penangkap dilarang memasang perangkap, sebab dapat terjadi ‘perangkap ganda’.
Tangki septic dan rembesan
• Tangki septic sebenarnya serupa saja dengan bak penampungan
air kotor, tetapi lebih ditujukan penggunannya untuk menampung air kotor buangan dari bangunan ditempat yang tidak terjangkau oleh riol umum/kota. Prinsip kerja dari tangki septik adalah mengolah dan memisahkan antara air dengan kotoran dengan
cara pengendapan. Pengolahan dilakukan oleh bakteri anaerobic yang meru
bah kotoran baku menjadi Lumpur. Air hasil pemisahan (70% lebih bersih) dialirkan keluar secara gravitasi dan
diresapkan ketanah, sedangkan hasil endapan (Lumpur) harus dibuang secara berkala dengan bantuan layanan mobil tangki air kotor pemerintah setempat. Dengan demikian tangki septic biasanya terletak diluar bangungan (mudah dicapai mobil tangki) dan tidak ada peralatan pompa yang dipasangkan.

Sistem pembuangan dengan tangki septic

Komponen sistem pembuangan



Syarat jarak komponen sistem tangki septic





Sumber  :

Agung Suryono,  Sistem Plumbing (air bersih dan air kotor)
Berbagai Sumber

KOMPOSTER DAN CARA PEMBUATANNYA

            Tugas Perkuliahan Pengetahuan Lingkungan (UnPal 2014)

Pengelolaan Lingkungan
Irwansyah Putra




Berikut ilustrasi komposter :


Komposter Rumah

Komposter, mungkin tidak terlalu terlihat pada gambar,  disarankan peletakannya  terlindung dari cahaya matahari langsung. Dalam proses pengomposan bakteri akan membuat bagian dalam komposter menjadi panas karena adanya proses pembusukan dan kelularnya gas metana. Gas metana sebenarnya kurang baik juga untuk lingkungan tetapi dibandingkan dia membusuk di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) akan lebih baik dirumah dan hasilnya bisa digunakan lagi. Temperatur yang baik dalam tong komposter adalah tidak lebih dari 35 derajat celcius. Kalau bisa lebih adem lebih baik lagi. cairan Boisca sebagai bioaktifator bakteri kompos.
Komposter model ini memang menggunakan aerasi sehingga udara pun bisa keluar masukbagian dalam komposter dengan adanya pipa yang di pasang di tengah tong (seperti gambar). Bagian luar dari pipa yang keluar dan di setiap lubang diberikan kasa kawat parabola untuk menghindari lalat dan serangga masuk karena bila lalat bisa keluar masuk maka belatung pun akan subur dan akhirnya produksi lalat, bukan kompos.
Dimulai dengan sampah-sampah daun dan rumput dari kebun atau sampah hijau yang kemudian mulai ditambah dengan sampah-sampah dapur organik.
Jenis sampah organik yang dapat dimasukkan ke komposter adalah:
  • Sisa makanan
  • Sisa sayuran
  • Buah atau kulit buah
  • Daun tanaman dan rumput
  • Sisa nasi
  • dll
Yang perlu dihindari adalah minyak bekas, ikan, dan tulang.
Untuk membuat komposter sederhana rumahan, bahan-bahan yang diperlukan adalah :
1. Tempat penampungan sampah organik beserta tutupnya, perkirakan ukuran sesuai volume sampah organik yang dihasilkan pada rumah kita. Contoh : ember atau tong plastik (barang-barang ini mudah kita dapat). Tutup kita perlukan, agar sampah yang ditampung dalam wadah tersebut tidak didatangi lalat. Buat lubang kecil-kecil pada wadah yang kita pilih, agar oksigen bisa masuk, dan pastikan juga lubang-lubang kecil di bagian bawah wadah untuk mengeluarkan lindi (cairan sisa pembusukan).
2. Cairan EM4, sebagai makanan bakteri untuk mempercepat proses penguraian sampah (bisa dibeli di toko-toko pertanian)
3. Sedikit air untuk mengencerkan larutan EM4
4. Gunting atau pisau untuk merajang sampah, disini ukuran sampah organik sengaja saya potong-potong agar proses pembusukan berlangsung cepat
5. Tentu saja sampah an organik dari rumah, dan pengaduk sampah (bisa batang kayu atau lainnya).

Selamat Mencoba...

JEJAK EKOLOGIS

         Tugas Perkuliahan Pengetahuan Lingkungan (UnPal 2014)

Pengelolaan Lingkungan
Irwansyah Putra

Jejak Ekologi merupakan analisis nilai kebutuhan manusia di dalam ekosistem . Analisis ini membandingkan kebutuhan manusia dengan kemampuan biosfer alam dalam mereproduksi sumber daya . Nilai tersebut merepresentasikan jumlah lahan produktif  biologis yang diperlukan untuk mereproduksi sumber daya yang dikonsumsi manusia dan menyerap limbah melalui teknologi yang berlaku. Dengan penilaian ini, maka dapat diperkirakan berapa banyak sumber daya kota yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Sebagai gambaran, jejak ekologis bumi mencapai nilai 1,4 pada tahun 2006. Dengan kata lain, manusia menggunakan 1,4 kali lebih cepat jasa ekologi yang dapat perbaharui bumi.

Pada akhir survey, Jejak Ekologi dapat dikategorikan dalam penilaian Karbon, Pangan,Perumahan, dan Barang-Jasa serta jumlah total Jejak Ekologi yang diperlukan untuk mempertahankan populasi suatu wilayah pada suatu tingkat konsumsi. Pendekatan ini juga dapatditerapkan dalam berbagai kegiatan seperti aktivitas produksi atau konsumsi energi kendaraan.

Asal kalian tahu sobat penduduk DKI Jakarta dapat membangun 1 candi Borobudur setiap 2 2ari dari tumpukan sampah. Dalam setahun, kita dapat membangun 185 buah candi Borobudur. betapa diperlukanya rasa sadar lingkungan itu sobat, jadilah pribadi yang sadar akan lingkungan hijau :) go green

Pengertian Ekologis

Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu Oikos yang artinya Rumah atau tempat hidup dan Logos yang artinya ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.


Pengertian dan Definisi Jejak Ekologis

Wackernagel dan Rees (1992) mendefinisikan Jejak Ekologis atau Appropriated Carrying Capacity suatu wilayah sebagai luas lahan dan air dalam berbagai katagori yang diperlukan secara eksklusif oleh penduduk di dalam wilayah tersebut, untuk :
  • Menyediakan secara kontinyu seluruh sumberdaya yang dikonsumsi saat ini.
  • Menyediakan kemampuan secara kontinyu dalam menyerap seluruh limbah yang
    dihasilkan.
Lahan tersebut saat ini berada di muka bumi, walaupun sebagian dapat dipinjam dari masa lalu (misalnya : energi fosil) dan sebagian lagi dialokasikan pada masa yang akan datang (yakni dalam bentuk kontaminasi, pohon yang pertumbuhannya terganggu karena peningkatan radiasi ultra violet, dan degradasi lahan, Wackernagel dan Rees, 1992). 

Sejalan dengan pendapat tersebut, Galli, et al; (2012) menyatakan bahwa jejak ekologis dan biokapasitas adalah nilai-nilai yang dinyatakan dalam satuan yang saling terpisah dari suatu daerah yang diperlukan untuk menyediakan (atau regenerasi) layanan ekosistem setiap tahun seperti:
  • Lahan pertanian untuk penyediaan makanan nabati dan produk serat.
  • Tanah penggembalaan dan lahan pertanian untuk produk hewan.
  • Lahan perikanan (laut dan darat).
  • Hutan untuk kayu dan hasil hutan lainnya.
  • tanah serapan untuk mengakomodasi penyerapan karbon dioksida antropogenik (jejak karbon), dan wilayah terbangun (built-up area) untuk tempat tinggal dan infrastruktur lainnya.
 
Sesuai definisi tersebut, Wada (1993) merumuskan jejak ekologis/appropriated carrying capacity dari kegiatan pertanian (hidroponik di rumah kaca dibandingkan dengan mekanisasi pertanian konvensional) sebagai berikut: “Luas lahan pertanian dan ekivalen lahan dari input pertanian lainnya (seperti energi dan material) yang dibutuhkan untuk memproduksi unit tanaman tertentu per tahun, menggunakan teknologi pertanian tertentu.”
Kyushik, et al. (2004) memberikan konsep daya dukung kota di dalam penelitiannya yang didefinisikan sebagai level maksimum dari kegiatan manusia seperti pertumbuhan penduduk, penggunaan lahan, serta pembangunan fisik lainnya, yang dapat didukung oleh lingkungan perkotaan tanpa menyebabkan kerusakan yang serius dan kerusakan yang tak terpulihkan pada lingkungan alam.
Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa terdapat ‘ambang batas tertentu’ pada lingkungan yang apabila dilampaui, akan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius dan tak terpulihkan pada lingkungan alam (Kozlowski, 1997). Ketika pembahasan difokuskan pada dampak terhadap destinasi pariwisata, biasanya didasarkan pada suatu bentuk konsep daya dukung wisatawan. 
Daya dukung turisme seringkali didefinisikan sebagai berikut: “Jumlah turis yang berpotensi merusak sebuah tempat yang dapat diasimilasi tanpa kerusakan jangka panjang dan dapat diukur dengan jumlah turis yang menggunakan tempat tersebut untuk menentukan apakah daya dukung sosial telah terlampaui dan lokasi dimaksud telah digunakan melampaui kapasitasnya (over utilized)” (Patterson, 2005). Analisis Jejak Ekologis berawal dari analisis daya dukung penduduk yang ditentukan di dalam suatu wilayah tertentu. Analisis Jejak Ekologis telah digunakan untuk mendefinisikan daya dukung ekologis untuk destinasi turis di New Zealand.

Zhao, et al; (2005) mengatakan bahwa jejak ekologis memiliki akar yang kuat di dalam konsep daya dukung lingkungan. Sebagaimana telah didefinisikan oleh ahli-ahli biologi, daya dukung adalah sejumlah individu dari species tertentu yang dapat didukung dalam suatu habitat tertentu tanpa merusak ekosistem secara permanen (Odum, 1989; Rees,1992).

Apabila populasi dari species tersebut telah melebihi daya dukung habitatnya, maka yang terjadi adalah sumberdaya yang dibutuhkan oleh spesies tersebut bagi kelangsungan hidupnya akan mengalami deplesi, atau limbah yang diproduksi species tersebut menumpuk dan meracuni anggota species, atau akan terjadi keduanya, dan populasi pun akan punah.
Daya dukung ekologis adalah beban maksimum yang dapat didukung secara terus menerus oleh lingkungan (Catton, 1986). Daya dukung tidak akan berkelanjutan kecuali bila didasarkan pada penggunaan sumberdaya dalam cara yang bisa terbarukan (renewable way).

Sintesis dari berbagai definisi tentang jejak ekologis dan dayadukung tersebut, maka peneliti mendefinisikan jejak ekologis zona industri sebagai berikut :
  • Jejak Ekologis/Appropriated Carrying Capacity sebuah zona industri adalah jumlah luas lahan yang dipakai dan ekivalen (lahan, air, daya tampung limbah) yang diperlukan untuk mendukung kegiatan zona industri tersebut,tanpa menyebabkan kerusakan yang serius dan tak terpulihkan pada lingkungan alam di zona industri dimaksud.
Konsep daya dukung industri didefinisikan sebagai level/tingkat maksimum dari kegiatan industri Genuk, yang dapat didukung oleh lingkungan di Kecamatan Genuk tanpa menyebabkan kerusakan serius dan tak terpulihkan pada lingkungan alam. Konsep jejak ekologis sangat berhubungan erat dengan konsep daya dukung ekologis. 
Jejak ekologis diekspresikan dalam ha/kapita,
sedangkan dayadukung ekologis biasanya diekspresikan dalam unit kapita/ha, sehingga membuat konsep tersebut seolah-olah saling berlawanan satu sama lain (Bicknell, Ball, Cullen, Bigsby, 1998).

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep dayadukung lingkungan adalah analisis lingkungan yang dilakukan di dalam zona industri secara ‘on-site/in-situ’ (luas lahan, kesesuaian lahan, sumberdaya alam dan energi yang dipakai oleh aktivitas industri serta asimilasi limbahnya), sedangkan konsep jejak ekologis merupakan analisis ‘off-site/ex-situ’ yang meliputi ekivalen luas lahan (appropriated) yang diperlukan akibat dari aktivitas industri dimaksud, dengan kategori : lahan pertanian, padang rumput, hutan, area terbangun (built up area), lautan dan lahan energi fosil (CO2-sink land).

Sumber :

eprints.undip.ac.id/40475/2/bab_2.pdf

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

         Tugas Perkuliahan Pengetahuan Lingkungan (UnPal 2014)


Pengelolaan Lingkungan
Irwansyah Putra

Usaha melestarikan lingkungan dari pengaruh dampak pembangunan adalah salah satu usaha yang perlu dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat mencegah kerusakan lingkungan akibat suatu proyek pembangunan. Pengelolaan yang baik menjaga ekosistem dengan mencegah berlangsungnya pembangunan, sebab pembangunan itu perlu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Jadi, yang penting disini adalah membangun dengan berdasarkan wawasan lingkungan bukan membangun yang berwawasan ekonomi semata.
Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi, maka ditetapkan cara pengelolaan yang bagaimana yang akan di lakukan agar tepat guna. Teknologi yang akan digunakan, ditetapkan berdasarkan prinsip efektif, efisien dengan biaya murahan agar dapat ditanggulangi dari hasil proyek tanpa harus menderita kerugian. proyek berjalan dengan baik disertai keuntungan yang tetap utuh.
Tujuan dari pengelolaan lingkungan di sini terutama mencegah kemunduran populasi sumber daya alam yang dikelola dan sumber daya alam lainnya yang ada disekitarnya dan mencegah pencemaran limbah/polutan yang membahayakan.
Pengelolaan sumber daya alam
Pengelolaan sumber daya alam mencakup beberapa upaya yang dilakukan secara terpadu dan bertahap. Upaya ini disebut sebagai upaya terpadu karena dalam pengelolaan terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan bersama-sama yaiut:
  • kegiatan pemanfaatan;
  • kegiatan pengendalian;
  • kegiatanpengawasan;
  • kegiatan pemuluhan;
  • dan kegiatan pengembagnan lingkungan.
Dengan melaksanakan urutan kegiatan-kegitan seperti tersebut di atas, maka kualitas lingkungan dapat dijaga kelestariannya, agar selanjutnya dapat tetap mendukung kesejahteraan manusia. Di sini haruslah pula disertai mental dari si pengelola yang dengan segala tanggung jawab dan kesadaran harus berusaha memelihara sumber daya alam yang tersedia untuk mengelola hingga masa yang akan datang.
Pengelolaan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap karena tindakan dalam pengelolaan diawali dengan: penyusunan rencana, disusul dengan tahap pelaksanaan yang berupa pemanfaatan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan untuk menjaga kelestarian kualitas lingkungan.
Bila kit akaji selanjutnya, maka pengelolaan lingkungan berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan agar serasi dan seimbang untuk mendukung kesejahteraan manusia.



Kemajuan zaman yang begitu pesat telah merangsang perkembangan di segala bidang terutama bidang industri. Penggunaan sistem teknologi dan informasi yang kian mempercepat tumbuhnya bidang industri telah menciptakan dunia baru bagi manusia seolah-olah mereka tidak membutuhkan lagi interaksi dengan lingkungan sekitarnya bahkan dengan lingkungan hidupnya. Mereka hanya memikirkan bagaimana memanfaatkan semaksimal mungkin energi dan kekayaan dari alam untuk kelangsungan industri dan pabrik-pabrik yang mereka buat demi meningkatkan hasil produksi guna mencapai keuntungan sebesar-besarnya.


Dengan semakin banyaknya industri yang bermunculan maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan yang akan membahayakan ekosistem dan kesehatan manusia. Sikap dan sifat manusia yang terus menguras habis kekayaan alam inilah yang menimbulkan banyak bermunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang kemudian mempengaruhi pembangunan berkelanjutan, beberapa masalah lingkungan hidup yang dilaporkan oleh situs BBC News yaitu:
  • Food / Makanan :Terjadinya krisis pangan dibeberapa negara dikarenakan minimnya lahan pertanian dan sedikitnya tanaman pangan.
  • Water/ air  :Pada tahun 2025 dipastikan terjadi krisis air karena sulit didapat air bersih untuk minum.
  • Energy / Sumber Energi :Pada tahun 2010 cadangan energi dalam bumi seperti minyak bumi akan mulai beranjak habis.
  • Climate Change/ Perubahan Iklim : Perubahan iklim yang ekstrim akan mulai terasa akibat dari ketidak seimbangan lingkungan.
  • Biodiversity/ Keanekaragaman Hayati : Semakin berkurangnya kekayaan hayati dan punahnya bebrapa eksositem serta spesies tertentu yang pada akhirnya akan berimbas pada kepunahan manusia sendiri.
  • Poluttion / Polusi : Limbah pabrik dan mesin yang digunakan terus menerus oleh manusia akan mempercepat kerusakan lingkungan. Pencemaran ini juga telah berpengaruh pada kesehatan manusia sendiri dimana menurut berita dari BBC sendiri bahwa dalam tubuh bayipun sekarang telah terdapat bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan pertumbuhannya.
Jadi Inti masalah lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya yang bersifat organik maupun anorganik yang juga merupakan inti permasalahan bidang kajian ekologi. 

Masalah-masalah lingkungan hidup yang berpengaruh pada pembangunan berkelanjutan diatas terlihat jelas bahwa dampaknya sangat merugikan bagi manusia sendiri dimana kebutuhan akan makanan dan air bersih akan berkurang dan lebih parahnya lagi dengan meningkatnya polusi maka meningkat pula kerawanan yang mengancam kesehatan tubuh kita.

Untuk Mengatasi permasalahan lingkungan hidup ini, di Indonesia telah ditetapkan beberapa aturan hukum yang membahas mengenai hal ini yaitu Pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah oleh Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat dan bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Istilah “pembangunan berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan” merupakan penggambaran adanya saling ketergantungan antara pelestarian dan pembangunan. Penetepan hukum akan lingkungan hidup ini tidak akan berjalan efektif dan berkesinambungan jika masyarakat dan pemerintah tidak secara konsensus melaksanakannya dengan konsisten dan pasti.

Sekali lagi konsensus bersama dalam melaksanakannya dengan konsisiten dan pasti, kata 'pasti'disini adalah percaya dan optimis 100% akan keberhasilan pencapaian dari rencana tersebut. Dan konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup akan dapat diterapkan dengan koordinasi lebih mudah.

Sumber :

 Lingkungan Hidup & Kelestariannya Prof. Dr. H, Imam Supardi, dr. Sp.Mk.
news[dot]bbc[dot]co[dot]uk/1/hi/sci/tech/3686106.stm
Planet Underpressure, 27 March 2008
http://wisnuku.blogspot.com/2011/08/pembangunan-berkelanjutan-berwawasan.html